MALANG- Merespon turunnya angka kasus Covid-19, pemerintah mulai melonggarkan peraturan aktivitas publik. Perkuliahan sudah mulai aktif dan normal kembali, meskipun dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang telah ditetapkan. Tak terkecuali mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia (PBI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang sudah mempersiapkan untuk melakukan pementasan drama sebagai luaran dari mata kuliah Keterampilan Sastra Produktif.
Mata kuliah Keterampilan Sastra Produktif merupakan mata kuliah wajid di semester enam. Dr. Hari Sunaryo, M.Si., selaku pengampu mata kuliah menjelaskan bahwa mata kuliah ini merupakan mata kuliah yang mungkin tidak akan pernah terlupakan selepas lulus nanti. “Mata kuliah ini akan menjadi memori dan bekal yang amat berharga bagi mahasiswa. tentu bagi mahasiswa yang serius menjalani mata kuliah ini. Saya yakin mata kuliah ini akan berguna entah apapun nanti pekerjaan atau bidang yang ditekuni mahasiswa, ” terangnya.
Pementasan drama tersebut akan dilaksanakan secara luring (Offline) pada agustus mendatang. Ada waktu sekitar satu bulan lagi untuk mempersiapkan pementasan secara maksimal. Sutradara dari salah satu kelompok (Teater Hawicarita), Anggi Aulya Azzahra, menjelaskan bahwa persiapan sudah sekitar 50 persen.
“Persiapan sudah 50 persen. Banyak yang masih harus dikejar, mulai dari pendalam karakter tokoh, pendramaan, properti, tempat/panggung pementasan, dan banyak lainya, ” jelas Anggi.
Senada dengan Anggi, Iffah Khairiah, Pimpinan Produksi Teater Hawicarita juga menjelaskan kendala yang dihadapi dalam kelompoknya. “Dengan sisa waktu sekitar satu bulan ini banyak sekali kendala yang kami hadapi mulai dari kurangnya sumber daya manusia (SDM), kemudian pengalaman yang masih minim akibat pandemi kemarin, dan juga yang masih kita pikirin adalah masalah pendanaan, ” kata Iffah.
Pada pementasan drama kali ini, terbagi menjadi empat kelompok dengan persiapan yang hampir sama. Teater Hawicarita sendiri membawakan naskah yang berjudul “Kota Tak Henti Bernyanyi karya Ramatyan Sarjono. Anggi menjelaskan naskah tersebut menceritakan tentang kehudupan jalanan, kemudian adanya ketimpangan sosial di dalamnya, sehingga memunculkan konflik dalam lingkungan tersebut. (Fif)