Malang-Program Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Muhammadiyah Malang kembali mengadakan acara Talk Show Kasidah #2 (Kamis Berfaedah 2) pada Kamis (4/06/2016). Acara kasidah sebelumnya sudah pernah diadakan pada bulan Mei lalu dengan tema perempuan dan pendidikan. Namun, di Acara Kasidah #2 yang diadakan melalui live instragram @bahasaindonesiaumm pada pukul 19.00-20.00 WIB ini mengangkat tema “Bahasa Indonesia: Identitas Jati diri bangsa” yang merupakan jawaban atas eksistensi Bahasa di tengah arus globalisasi. Acara tersebut dinarasumberi oleh dosen Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, Arti Prihatini, M.Pd dan pemandu acara Lailatul Fikra yang tidak lain adalah mahasiswi Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia.
Diskusi acara kasidah #2 diawali dengan perkenalan mengenai Bahasa Indonesia dalam sebuah komunikasi di masyarakat, pembahasan tersebut cukup menarik minat dan antusiasme pada penonton. Penonton menyimak narasumber dengan baik selama live Instagram berlangsung, sesekali penonton memberikan tanggapan melalui kolom komentar. “Kalau tidak ada Bahasa maka tidak akan ada komunikasi, sehingga menjaga istilah Bahasa dapat dilakukan melalui pengenalan dengan kesadaran masyarakat terhadap Bahasa itu sendiri.” Jelas Arti Prihatini.
Kegiatan Live Instgram Kasidah #2 (Foto: Wafiq)
“Dalam mengembangkan kemampuan berpikir mengenai Bahasa, kita harus menyerap informasi secara reseptif dengan mengembangkan logika berpikir yang sesuai melalui budaya literasi.” Ujar Arti Prihatini menanggapi pertanyaan dari Lailatul Fikra berkenaan dengan logika berkomunikasi yang baik.
Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Muhammadiyah Malang melalui acara Kasidah #2 ini banyak memberikan pengetahuan kepada masyarakat luas khususnya mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa Indonesia mengenai keberterimaan Bahasa Indonesia sebagai identitas jati diri bangsa dengan menekankan tujuan agar tercapainya kaidah kebahasaan atau karakter kebahasaan yang benar. Di akhir diskusinya, Arti Prihatini memberikan pesan kepada semua penonton bahwa “penulis yang baik merupakan pembaca yang baik.” Dengan demikian, budaya literasi akan menjadi pedoman tercapainya sebuah komunikasi yang baik dalam sebuah masyarakat.