bind.umm.ac.id

Eksistensi Pendidikan Bahasa dan Sastra di Era Industri 4.0

Selasa, 26 Februari 2019 09:53 WIB

Malang-Era 4.0 seolah menjadi kata kunci yang terus diperbincangkan akhir-akhir ini. Begitu juga oleh Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UMM (Universitas Muhammadiyah Malang) dan UMMI (Universitas Muhammadiyah Sukabumi). Acara yang diadakan di GKB 4 ruang sidang ini dihadiri oleh dosen dan mahasiswa dari kedua universitas tersebut. Acara yang digelar pada 26 Februari 2019 ini diberitajuk seminar nasional "Gerakan Literasi Bahasa, Sastra, dan Pembelajaran di Era Industri 4.0" .

Seminar nasional ini diaawali pemaparan dari tiga pemateri. Pemateri pertama adalah Dr. Arif Budi Wurianto, M.Si., dosen PBSI UMM. Pada kesempatan ini, Pak Arif memaparkan "LITERASI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA MENUJU KEWIRAUSAHAAN PROFESI DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DAN SOCIETY 5.0". Secara tidak langsung, Bapak Arif Budi juga mengajak peserta seminar untuk memikirkan ulang peluang dan tantangan bidang keilmuan bahasa dan sastra di era 4.0. "Yang tidak kalah penting sekaligus sebagai benteng, perlu disiapkan masyarakat yang sesuai dengan society 5.0. Kemajuan teknologi telah menggeser manusia dengan mesin dan robot. Namun demikian, pengajar atau guru selamanya tidak dapat digantikan oleh robot. Banyak sekali peluang-peluang yang bermunculan, misalnya Lingustik Forensik sebagai penelaah berita-berita hoax" ujar Kepala BIPA UMM ini.

Pemateri kedua adalah Bapak Deden Ahmad Supendi, M.Pd.  dosen PBSI UMMI. Sejalan dengan bidang yang dipaparkan oleh pemateri sebelumnya, Bapak Deden menyampaikan tawaran metode pembelajaran menggunakan metode anchoring. Metode ini dapat digunakan untuk meningkatkan literasi mahasiswa. Lebih lanjut, ketua jurusan PBSI UMMI ini mengatakan "ada wilayah alam bawah sadar yang dapat dimanfaatkan untuk menerima materi pembelajaran. Pada kawasan alam bawah sadar, seseorang lebih mudah mengingat dan memahami  materi".

Pemateri terakhir, yaitu Dr, Sugiarti, M.Si. memberikan tawaran dalam perspektik ilmu sastra. Ekologi Budaya menjadi kata kunci beliau. "Era 4.0 ini cenderung mengenyampingkan aspek kebudayaan. Sastra memiliki peran menghibur dan mendidik. Dalam hal ini, sastra bekerja dalam wilayah ideologi. Artinya, sastra dapat digunakan sebagai media ketika masyarakat mebgalami degradasi moral". Paparan ketiga pemateri tersebut ditanggapi secara antusias dalam sesi tanya jawab. Acara semnas ini juga disisipi dengan diskusi manajamen prodi dari dosen-dosen kedua universitas tersebut.

Shared: